Peduli dengan Cara yang Lebih Bersahaja
Senin, 21 November 2022 pukul 12.21 WIB gempa tektonik mengguncang Jawa Barat. Dengan kekuatan 5,6 SR berpusat gempa di barat daya Kabupaten Cianjur. Tak hanya sekali, selepas itu terus berulang gempa susulan dengan kekuatan yang bervariasi. Hingga update terakhir MDMC pada tanggal 27 November, setidaknya 318 jiwa meninggal dunia, 2042 jiwa luka-luka, dan 61902 jiwa terpaksa harus mengungsi mencari perlindungan.
Merespon bencana yang terjadi, aksi galang dana di berbagai
daerah mulai di galakkan. Berbagai elemen dari banyak latar belakang bahkan tak
pandang usia turut berkontribusi untuk membantu sesama yang menjadi penyintas
musibah kali ini. Namun, ada sebuah artikel lama dari platform berita lokal
Medan yang kembali diangkat di kalangan internal Muhammadiyah. Artikel itu
berjudul “Muhammadiyah Larang Kader Minta Sumbangan di Jalan”.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan memang telah
mengeluarkan maklumat tersebut sejak Februari 2021 lalu. Para pimpinan melarang
para kader dan ortom untuk meminta sumbangan di jalan dengan mengatasnamakan
Muhammadiyah dan Organisasi. Dalam wawancara pada ketua PDM, beliau
menyampaikan bahwa keputusan ini diambil untuk menyamakan persepsi tentang adab
dalam penggalangan dana atau sumbangan dalam Muhammadiyah.
Sejalan dengan artikel tersebut, penulis teringan ketika masih
menduduki bangku kelas 1 Aliyah beberapa tahun lalu. Saat itu, satu angkatan
melakukan aksi galang dana untuk sebuah bencana. Sebagaimana santri pada
umumnya, kami lakukan galang dana di akhir pekan pembelajaran, yaitu di hari
Kamis. Dan malam harinya, di asrama kami hitung dana yang terkumpul untuk
segera disalurkan pada yang memiliki haknya. Kurang lebih 24 juta rupiah terkumpul dalam
waktu yang tak lama.
Yang menarik, keesokan harinya ketika melaksanakan sholat
Jum’at di Masjid Gedhe Yogyakarta. Sebelum khutbah dimulai, takmir menyampaikan
perolehan infak pekan sebelumnya. Dalam pengumuman tersebut, disampaikan bahwa
nominal yang diperoleh sebesar -+ 24 juta rupiah pula. Selain itu, disampaikan
pula bahwa perolehan infak pekan itu sepenuhnya akan disalurkan pada korban
bencana.
Sejak saat itu terbersit dalam benak bahwa galang dana di
tengah jalan memang sudah selayaknya dikurangi. Sebagai umat muslim, kita
memiliki tempat ibadah untuk menggalang dana dengan lebih terstruktur. Selain
itu, melalui tempat kerja, sekolah, bahkan internal organisasi juga dapat
dimaksimalkan penggalangan dana dengan lebih transparan dan penuh
pertanggungjawaban. Ketimbang di jalan yang terkadang tak jelas siapa yang
menyelenggarakan dan melalui siapa bantuan itu akan disalurkan.
Pasalnya, kala itu kami pun galang dana di tengah cuaca
yang kurang bersahabat pula. Hujan deras terjadi menjelang petang. Banyak di
antara para santri yang merelakan hujan-hujanan untuk tetap berdiri di
perempatan membawa kotak bertuliskan bantuan. Akibatnya, tak sedikit pula
keesokan harinya yang mengalami demam hingga harus mengganggu aktivitas
pembelajaran.
Berkaca pada internal Persyarikatan Muhammadiyah,
koordinasi antara masjid dengan pimpinan bisa dibilang cukup baik. Apalagi
antar majelis, lembaga, dan amal usaha. Melalui MDMC sebagai garda terdepan
dalam membantu penyintas bencana, Muhammadiyah telah terbukti kualitas dan
keseriusannya. Namun dalam hal galang dana, mari bersama kita koreksi dan
tingkatkan dengan cara yang semestinya.
Lazismu sebagai lembaga penyalur bantuan telah terbukti
kinerja dan transparansinya. Saatnya para kader dari berbagai elemen juga turut
berbenah memaksimalkan perannya. IPM dapat menggalang dana di internal sekolah
dengan cara yang elegan dan sederhana. Ntah dengan lelang karya dan berbagai
kreativitas lainnya untuk disalurkan sepenuhnya hasilnya bagi yang membutuhkan.
Begitu pula dengan IMM. Seperti yang dilakukan salah satu
komisariat IMM di Surabaya beberapa waktu lalu, mereka mengadakan nonton bareng
film karya mereka untuk galang dana. Memaksimalkan potensi pelajar dan
mahasiswa dengan bakatnya jauh lebih berkelas. Ketimbang harus memforsir
tubuhnya untuk turun ke jalan beradu dengan terik matahari dan derasnya hujan
menaruhkan kesehatan.
Melalui masjid-masjid yang ada, bisa dimaksimalkan pula
infak-infaknya. Seperti yang terjadi di Masjid Gedhe dalam ulasan sebelumnya,
bila itu dapat diwujudkan pastilah akan lebih bermartabat cara kita membantu
sesama. Terlebih, masjidlah pusat berkumpulnya umat muslim seharusnya.
Manajemen masjid pun telah ada dan tak perlu membuat panitia baru untuk
mengerjakannya.
Di tengah amal usaha juga sama. Dalam satu kantor dapat
dilakukan galang dana yang kemudian disalurkan melalui Lazismu sebagai
perantara. Dengan memperkecil cakupan galang dana justru lebih baik
pertanggungjawabannya. Saling mengenal siapa relawannya, bagaimana proses
perhitungannya, dan kepada siapa dana yang terkumpul disalurkan untuk diberikan
pada yang membutuhkan seharusnya.
Seperti penutup artikel tentang PDM Medan tadi, disebutkan
bahwa apa bedanya kita dengan pengemis bila demikian? Hanya berseragam atau
tidak saja. Terkadang, cara kita membantu sesama juga perlu diperhatikan.
Mereka memang membutuhkan, tapi harga diri mereka juga perlu kita jaga.
Pakailah cara yang lebih bersahaja untuk membantu mereka. Akhir kata, semoga
tulisan ini dapat menginspirasi dan menjadi suluh perbaikan dalam memaksimalkan
kepedulian kita pada sesama.
0 comments: