Little History of Singapore Independence
By : Xi Au Qi
Hari ini adalah hari kemerdekaan negara tetangga kita Singapura. Tak lama mereka resmi mandiri, komunis mengkhianati negeri kita ini. Dengan dalih panggilan untuk menghadap Baginda Presiden, 6 Jenderal dan 1 Perwira habis dibunuh dengan biadab hanya semalam saja, tak sampai pagi. Tapi sama sekali tidak ada hubungan antara kemerdekaan Singapura dan peristiwa G30S/PKI, pembaca yang cerdas tentunya tidak akan terbawa opini kan??.
Penulis akan sedikit bercerita tentang sejarah Negeri Singa yang sudah menjadi sahabat lama Indonesia. Walaupun di masa orde baru mereka dan kita pernah punya masalah, tapi sekarang menjadi mitra yang saling menguntungkan, namanya aja baru kenal, sikut sikutan dikit masalah diplomatik ya gapapa lah, namanya aja dunia politik.
Sekarang mereka sedang menghadapi resesi pada perekonomian rumah tangga mereka sehingga sangat merugi, kamu pasti sudah tau sebabnya apa. Kali ini penulis tidak membahas resesi ekonomi Singapura, karena kapasitas keilmuan penulis belum mencapai maqam bahasan resesi ekonomi sebuah negara. Di hari yang spesial (bagi mereka) ini, penulis akan bercerita singkat saja tentang perjuangan rakyat di pulau kecil tanpa sumber daya sampai menjadi macan ekonomi Asia Tenggara. Jangan tanya penulis dapat sumber darimana, yang jelas dari internet + wikipedia, penulis tidak mencantumkan link, karena pembaca bisa cari sendiri kalau mau. Muqaddimahnya udahan ya!!, chek it out.
Pada tanggal 9 Agustus 1965 Singapura mendeklarasikan kemerdekaannya. Beratus ratus tahun silam hiduplah Sang Nila Utama, Raja Sriwijaya. Pada suatu hari ditemani beberapa pengawal setianya Raja pergi berlayar. Di perjalanan angin topan datang, para pengawal mengusulkan agar Raja membatalkan niatnya. “Paduka, sungguh berbahaya melanjutkan pelayaran pada saat seperti ini, lebih baik kita singgah dulu ke tempat yang aman, jikalau hamba tidak keliru tempat terdekat dari sini adalah pulau Tumasik, bagaimana jika kita kesana sambil menunggu keadaaan tenang??”, kata kapten kapal. Raja pun setuju, kapal mereka merapat ke pulau Tumasik. Setelah menepi, Raja meninggalkan kapal dan berkeliling melihat lihat pulau tersebut. Tiba tiba seekor binatang berkelebat tak jauh darinya. Raja terkejut dan terpukau, binatang itu begitu besar, berwarna keemasan, dan tampak gagah. “Makhluk apakah itu??”, tanya sang Raja. “Jikalau hamba tak salah, orang orang menyebutnya singa Yang Mulia”, jawab salah seorang pengawal. Sang Raja kemudian meminta keterangan lebih banyak tentang binatang yang baru pertama kali dilihatnya itu, dengan penuh perhatian Raja mendengar penjelasan pengawalnya itu. “Kalau begitu, kita beri nama tempat ini Singapura (kota singa). Sejak saat itulah tempat itu bernama Singapura. Seiring berjalannya waktu kita akan tahu bahwa sosok hewan yang dilihat oleh Raja dalam legenda tersebut mungkin adalah harimau, karena Singa bukan hewan endemik di wilayah tersebut. Meski demikian, sampai saat ini pun Singa tetap identik dengan Singapura.
Bicara pasal sejarah Singapura tidak bisa lepas dari sejarah tanah bangsa Melayu. Penulis akan sedikit menyinggung sejarah Malaysia juga, agar sejarah kemerdekaan Singapura bisa dijabarkan lebih runtut dan kronologis.
Singkat cerita, Tunku Abdul Rahman Putra Al Hajj telah membangkitkan semangat pejuangan bangsa melayu kala itu. Inggris mulai membuka mata untuk memberikan orang orang Melayu berkuasa diatas tanahnya sendiri. Perjanjian London yang ditandatangani pada 8 Februari 1956 telah memberi pertanda bahwa Persekutuan Tanah Melayu (di semenanjung Malaya (Johor, Kedah, Kelantan, Malaka, Negeri Sembilan, Pahang, Perak, Perlis, Pulau Pinang, Selangor, Trengganu, Kuala Lumpur)) akan merdeka pada 31 Agustus 1957 yang kemudian dikenal sebagai Hari Kebangsaan. Tunku Abdul Rahman merencanakan penggabungan lima wilayah bekas jajahan British yaitu Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunai untuk membentuk sebuah negara yang baru. Keinginan untuk membentuk sebuah negara yang bernama “Malaysia” tercapai pada tanggal 16 September 1963 yang dikemudian hari dikenal dengan Hari Malaysia. 16 September 1963 Negara Malaysia resmi berdiri diatas gabungan Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Sabah, dan Serawak. Brunai menolak ikut bergabung.
Bergabung dengan Malaysia adalah langkah yang tepat untuk Singapura dalam memajukan masyarakatnya. Ketakutan terhadap komunisme juga salah satu faktor Tunku Abdul Rahman untuk menggabungkan Singapura dalam Federasi Malaysia. Singapura memiliki kaum cina lebih ramai dibandingkan kaum melayu, sedangkan Malaya sebaliknya, memiliki kaum melayu yang mayoritas. Seorang ahli politik yang juga seorang sarjana hukum Fitzwilliam College di Cambridge, Inggris, dia tidak lain dan tidak bukan adalah Lee Kuan Yew, dia percaya bahwa pengabungan ini akan membawa banyak keuntungan untuk kelangsungan hidup Singapura.
Kemesraan penggabungan ini hanyalah sementara, perbedaan ideologi menyebabkan banyak terjadi konflik politik. People’s Action Party (PAP) adalah partai asal Singapura yang memiliki paham ideologi bahwa kesamaan untuk semua bangsa entah itu melayu, cina, ataupun india. PAP memiliki slogan “Malaysian Malaysia” yang bermaksud Malaysia untuk semua bangsa. Sebaliknya Kerajaan Persekutuan memiliki ideologi mengutanakan agenda pro-melayu, yang lebih mengutamakan penduduk pribumi. Selain itu kedua pihak memiliki perbedaan dalam sistem pasar dan sistem percukaian. Hubungan kedua pihak semakin memanas ketika partai UMNO dan PAP saling melanggar perjanjian. Hubungan antara PAP dan UMNO semakin kritis karena ideologi dann misi kedua parpol ini menimbulkan beberapa kerusuhan. Kerusuhan antara kaum melayu dan kaum cina terjadi, sehingga keadaan Singapura semakin memanas. Keadaan membaik ketika ada perundingan antar pejabat dari dua kubu partai. Setelah itu Lee Kuan Yew tetap menggaungkan Malaysian Malaysia.
Pada 9 Agustus 1965 Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Rahman mengumumkan pemisahan Singapura dari Federasi Malaysia, saat itu dia yakin bahwa memisahkan Singapura adalah satu satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini tanpa pertumpahan darah.
Singapura di awal kemerdekaan sangatlah sulit dalam menghadapi tantangan, mereka tidak punya militer untuk melindungi warga sipil, tidak punya sumber daya alam untuk bekal pertumbuhan ekonomi, serta setumpuk masalah sosial yang menghantuinya. Di awal kemerdekaan, 65% rakyat Singapura masuk dalam kategori miskin.
Perdana Menteri pertama Singapura Lee Kuan Yew melakukan terobosan baru. Dengan tangan dinginnya, Lee merumuskan kebijakan yang radikal diantaranya mewajibkan setiap warga untuk menabung, mengatur angka kelahiran, menghapus pajak bagi pengusaha asing, dan denda yang tinggi bagi pelanggar tata tertib. Aturan ketat untuk ketertiban bagi rakyat oleh pemerintahnya membuahkan hasil. Singapura berhasil menjadi negara yang tertib dan menarik perhatian para investor asing untuk berinvestasi di Negeri Singa itu. Jangan heran mengapa Singapura bisa mengubah posisinya dari negara miskin menjadi negara maju dalam waktu yang relatif singkat. Lagu kebangsaannya berjudul “Majulah Singapura” , judul ini menjadi semangat orang Singapura untuk terus maju dan berkembang. Negeri Singa ini telah menunjukkan kepada dunia bahwa minim sumber daya alam bukanlah alasan, karena kemajuan bisa dicapai dengan kerja keras dan kesadaran bersama semua lapisan masyarakatnya.
Singapura dan Indonesia memiliki kesamaan warna bendera, sama sama merah putih tapi berbeda nasib satu sama lain, ada yang tau kenapa??
TOGETHER A STRONGER SINGAPORE
NATIONAL DAY PARADE 2020
“ONWARD SINGAPORE!!”
0 comments: