Penyesalan Sebutir Salju

05.29 Panitia TBZ 1 Comments



By : Shi Au Kii

Burung gereja pulang ke sangkarnya di antara dahan pohon cemara di tepi sungai Jun sore itu. Ia memberi makan anak anaknya yang sudah menunggu sedari pagi.

Aku memutuskannya karena kerikil kecil yang sedikit mengusik hubungan kami, satu keputusan yang aku ambil saat aku ditelan keegoisan. Perdebatan panjang sampai semburat mega merah melukis cakrawala senja, aku benar benar kehilangan akal sehatku sore itu hingga ia berkata "aku terima keputusanmu, aku tetap mencintaimu setelah ini, tapi aku tidak tau sampai kapan". Aku berlari meninggalkannya dengan kobaran api dingin di dalam hati. Dia berdiri mematung, entah apa yang ada di pikirannya.

Aku bersikeras melupakannya dan berpikir untuk mencari pengganti, laki laki yang bersedia menemani dan menerimaku apa adanya.

Perempuan mengedepankan perasaan, sedangkan laki laki mengedepankan akal.
Di tepi sungai, aku sadar kalimat itu ketika rasa sesal mendatangiku setelah aku mengingat kejadian sore itu, ego yang aku pakai untuk menjatuhkannya, "aku egois !!", aku mengutuk diriku sendiri. Sekawanan capung yang sedang minum terkejut dan terbang karena seekor ikan koi naik ke kepermukaan sungai untuk bernafas.

Dia laki laki baik yang mau menerimaku apa adanya ketika aku dijauhi teman temanku. Aku sedih memikirkan nasibku yang dikucilkan teman temanku, ia mendatangiku di taman sekolah ketika jam istirahat, lamunanku terbuyarkan olehnya, aku khawatir dia akan berbuat seperti yang lain, ternyata dia menenangkanku dan berkata "jangan bersedih lagi aku akan jadi temanmu", aku terharu, perlahan air mataku menetes, dengan hati hati ia mengusapnya perlahan. Sepasang kupu kupu kuning hinggap di bunga aprikot merah yang ditiup angin sepoi sepoi, duri tangkai masih setia menjaga mawar putih dari berbagai macam gangguan.

Suatu hari ketika mereka mengejekku, dia datang melindungiku dan menutup mulut mulut pedas mereka dengan seuntai kalimat tajam, seketika itu mereka tidak pernah menggangguku lagi. Aku serasa memiliki bodyguard sekarang.

Musim berganti, pepohonan sudah habis merontokkan daunnya untuk menghadapi musim salju esok hari. Rasa saling suka muncul diantara kami. Saat salju perlahan menyelimuti bumi, ia menyatakan perasaannya kepadaku, aku menerimanya karena aku juga menyukainya. Kami berpelukan dan kemudian berjalan bergandengan di taman bertanah putih. Hari makin gelap, salju turun makin lebat, kami pulang ke rumah masing masing dengan perasaan senang yang tidak bisa disentuh oleh kata kata. Hati kami berbunga bunga ketika tetumbuhan telah menggugurkan dedaunannya.

Kami berpacaran sewajarnya, dia sangat romantis, seiring berjalannya waktu aku semakin menyukainya. Hubungan ini bertahan lama karena kami menjaganya dengan baik.

Hari itu pun datang. Aku termakan egoku, dia berusaha mengajakku bicara agar masalah ini selesai, aku menolaknya dengan emosi. Bagaimana tidak marah, aku melihat kekasihku jalan bergandengan dengan perempuan lain. Sore itu memutusnya dengan egoku. Dia berusaha menjelaskannya, tapi aku tolak mentah mentah.

Setelah beberapa lama setelahnya, baru kuketahui jika perempuan itu kakaknya yang baru pulang dari luar negeri, aku sangat menyesal dengan perlakuanku kepadanya saat itu. Aku malu dengan diriku sendiri, kemana akal sehatku waktu itu??

Aku mencarinya untuk minta maaf, aku kehilang jejaknya, aku menunggu tempat yang biasa dia kunjungi di kamis sore, sudah 3 pekan tidak pernah kelihatan batang hidungnya, aku datangi rumahnya ternyata sudah dihuni orang lain. Aku menyesal, benar benar menyesal. Seekor rakun mengais ngais tempat sampah dan mendapatkan makanan lalu memakannya, aku berfikir, lebih baik aku jadi rakun itu, tidak pernah menyakiti orang lain. Aku tidak ingin terpuruk di dalam rasa sesal, meski penyesalan terus membayangiku setiap saat.

Sekarang aku mendapatkan penggantinya, perasaanku lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak bercerita tentangnya kepada pacar baruku.
Kami menjalani hubungan ini dengan baik, tapi dirinya masih terbayangi pikiran.
Belum lama aku berpacaran, tetiba aku merindukannya, aku menulis surat untuk
diriku sendiri, kucurahkan isi hatiku tentangnya kepada diriku sendiri.



Dear My Self


Ada banyak hal yang ingin aku lakukan, tapi berakhir tanpa bisa dilakukan denganmu.

Aku berkhayal pergi ke toko sambil bergandengan tangan denganmu ketika hari berganti, kusadari ternyata ada seseorang yang berbeda hadir di sebelahku.

Angin membawa pesan dari musim dingin untuk pepohonan agar menggugurkan daunnya.
Seekor tupai mendengar kabar itu dan segera mengumpulkan biji kenari ke dalam sarang.

Ketika aku berkata "aku mencintaimu", itu bukanlah kamu.
Selama ini aku tidak bisa senyum dengan tulus.

Dirimu mengganjal benakku setiap saat.
Ketika mengigau, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku kecuali dirimu dirimu.
Disini aku tidak bisa melupakanmu.

Saat aku memeluk pacar baruku dan bahkan saat berciuman, aku malah mengingatmu.

Jika kamu yang ada disini sekarang
betapa aku bahagia.
Tapi aku hanya berpikir seperti itu.

Mengapa setelah waktu berlalu aku hanya memikirkanmu.
Maafkan aku yang mengusik pagimu, sekarang aku bermimpi mengejarnya.

Burung hantu salju bertengger di dahan pohon oak, menghabiskan hari dengan tidur, bersiap untuk berburu saat malam tiba.

Ketika aku menghabiskan hari ulang tahun bersama pacar baruku saat itu hanya kamu yang aku ingat. Salju turun makin lebat.

Jika kamu yang ada disini sekarang
betapa aku bahagia.
Tapi aku hanya berpikir seperti itu.

Meskipun aku bisa mencintai siapa saja.
tapi aku hanya memikirkanmu.

Me.


The End

You Might Also Like

1 komentar: