Meminimalisir Peran Hati
Oleh : Xiauqighufran
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Hati adalah bagian sensitif dalam hidup manusia, sebagaimana Sabda Nabi SAW diatas. Penulis membawa hadis karena ingin menunjukkan bahwa hati itu penting dan sensitif sifatnya.
Hati adalah Raja, yang dimana otak sebagai Perdana Menteri nya, serta anggota tubuh lain sebagai rakyat yang siap menjalankan perintah Raja dan Perdana Menteri. Hati adalah kekuasaan tertinggi dalam tubuh manusia, sebagai lambang cinta dan kasih sayang. Sedangkan otak, dia adalah Perdana Menteri nya tubuh 'badan eksekutif nya tubuh', semua yang di kerjakan oleh anggota tubuh, adalah perintah dari otak, bahkan otak bisa menyalahi hati dalam berbuat, bisa karena nafsu, godaan syaitan, atau lain hal. Tapi tidak bisa di pungkiri, kedudukan hati, lebih tinggi dari otak.
Hati tidak bisa berbohong, hanya otak yang memerintahkan mulut dan anggota tubuh lain untuk berbohong. Sebagai contoh seseorang mencintai seseorang, jika ditanya "kamu suka sama dia ya??", kemudian seseorang itu menjawab "enggak", tapi gelagat tubuhnya bisa di baca jika ia suka dengan seseorang yang di maksud, bisa jadi saat mereka bertemu, orang yang suka seseorang itu akan salah tingkah, malu malu, ataupun gugup. Bahkan mungkin ia bisa mengendalikan tubuh nya agar tidak gugup, tapi hatinya tidak bisa berbohong.
Mungkin mayoritas orang, melakukan pekerjaan nya dengan hati yang tulus, ikhlas, karena didasari oleh suka, dan cinta.
Akan tetapi di sini penulis menuangkan hasil pemikiran yang "mungkin" notabene nya berbeda dari orang banyak.
Hati itu penting di perankan dalam kehidupan, dalam catatan hanya sebagai tempat di tanam nya niat, dan tekad yang kuat, tidak lebih dari itu.
Hati tidak perlu di beri peran telalu banyak, dia cukup hanya sebagai tempat bersemayamnya niat yang kuat saja, karena jika ia di beri peran besar dalam kehidupan, maka hanya akan membuat orang itu sedih, stress, kecewa, sakit hati, jika orang itu melakukan kesalahan, atau suatu kebenaran yang dianggap salah dalam kehidupannya.
Hati hanya sebagai pengacau kehidupan, karena ia hanya sebagai penghambat manusia untuk meraih ambisi yang di cita cita kan sejak lama.
Hati hanya sebagai alat untuk membunuh secara perlahan. Apabila sepasang kekasih saling mencintai dengan tulus, kemudian dari pada itu salah satu di antara mereka membuat pasangan nya kecewa, bahkan berkhianat, itu akan membuat pasangan nya yang kecewa itu tersayat hati nya. Secara perlahan, pasangan yang tersakiti hatinya akan mati dengan perlahan.
Telah menjadi penghambat, dan pembunuh secara perlahan, sudah cukup bagi penulis untuk "membuka pikiran" pembaca tentang bahaya hati.
Sekali lagi, hati tidak usah di beri peran yang besar dalam kehidupan, karena kedudukannya sebagai "Raja" di dalam tubuh, hanya membuat orang merasa terhambat, terhalangi, tersakiti, bahkan terbunuh. Kedudukan nya sebagai "Raja" bukan merupakan suatu kesalahan, melainkan adalah anugrah yang besar dari Tuhan Yang Maha Esa, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Akan tetapi menjadi bumerang bagi orang yang tidak bisa mengendalikan nya.
Sebagai gantinya, akal sehat bisa mengatasi kerusakan yang di perbuat oleh hati untuk tubuh. Akal sehat mampu menanggulangi sakit hati, kecewa, depresi, dan hal negatif lain yang di timbulkan akibat ulah buruk hati.
Akal sehat bisa di bangun dengan banyak membaca Qur'an, dan buku. Karena membaca adalah jendela dunia, seseorang yang banyak membaca Qur'an dan buku akan terbuka serta luas pikirannya, tidak sempit seperti orang yang hanya memperdulikan hati dan perasaan.
Penulis tidak mengajak pembaca untuk mengurangi peran hati dalam kehidupan, penulis hanya menuangkan isi pikiran.
Terima Kasih sudah membaca
0 comments: