Memaknai Dengki Dengan Sepenuh Hati

00.23 Panitia TBZ 0 Comments


Oleh : Ariq Ahnafalah Syakban

   Jangan pernah merasa sedih ketika didengki orang karena ketaatan. Karena hakikatnya baik akan selalu bermusuhan dengan yang buruk. Begitu pula sebaliknya, yang buruk akan didengki oleh yang baik.

   Terkadang kita merasa sedih ketika kita berusaha sebaik mungkin menjadi pribadi yang taat, tapi ada saja yang selalu mencibir. Tapi ketika kita berada diposisi yang sebaliknya, belum tentu pula kita terhindar dari masalah yang sama.
   Sahabat....
   Tak jarang kita merasa sangat berat dalam perjuangan ini. Kita berharap terhindar dari tajamnya lisan sang pendengki. Tapi pernahkah ada orang yang seperti ini?
   Coba kita sesekali mengambil ibarah dari para pendahulu kita. Pernah suatu ketika, Imam Asy-Syafi'i memberi nasihat. "Dia yang mengira dapat selamat dari tajamnya lisan sesama, barangkali telah rehat akalnya."
   Bagaimana bisa? Allah saja yang Maha sempurna tetap ada yang lancang berucap "Dialah yang ketiga dari tiga." Bagaimana bisa? Rasul saja sang Musthafa, manusia paling sempurna, ada saja yang mengatainya, "Si Tukang Sihir Gila".
   " Maka sungguh mustahil mencari keridhaan manusia. Cukuplah kita bersemangat dalam apa-apa yang mendatangkan keridhaan-Nya, lalu istiqamah padanya!" Jelas sang imam.
   Sahabat...
   Coba kita renungi kesalahan kita selama ini. Jangan jadikan rasa dengki dan iri yang mereka miliki menjadi penyebab melemahnya iman dalam diri ini. Tak ada seorangpun yang hidup tidak menjadi sasaran dengki.
   Suatu saat Imam Ahmad ditanya, "Mengapa pribadi sebaik, semulia, dan sedermawan Asy-Syafi'i, masih ada saja yang dengki padanya?"
   Seraya tersenyum, beliau menjawab." Hanya orang yang tiada dianugerahi nikmat sama sekali yang takkan pernah jadi sasaran dengki. Bagaimana imam kita tak didengki, padahal pada dirinya berhimpun keluruhan nasab, kefasihan lisan, ketinggian ilmu, pesona penampilan, cinta dari manusia, dan penghormatan manusia?"
   Sahabat...
   Mari kita bersama sama introspeksi diri. Jadikan apa yang orang katakan pada diri kita sebagai pemacu ketaatan.
   Mari kita maafkan mereka yang iri. Kita do'akan mereka yang dengki. Sesungguhnya maaf akan mendatangkan kedamaian hati bagi sang pemaaf. Sedang dendam adalah sikap bagi mereka yang tak bisa memaknai hidup. Mereka bagai meneguk racun kemulut sendiri, namun berharap orang lain yang mati.
   Kita maknai seluruh apa yang mereka ucapkan adalah nasihat bagi kita. Mereka mengungkapkan pendangannya yentang diri kita.
   Yang jelas, nasihat itu permata. Entah ia memberi kita dengan menyelipkannya kesaku, degenggamkan ketangan, atau bahkan ditimpukkan kemuka, ia tetap permata. Sungguh lebih mudah mengambil permata dari mereka yang telah memberikan pada kita dari pada harus mencarinya sendiri kedalam bumi.
   Kalau kita merasa sakit tiap kali diberi nasihat. Merasa marah ketika diberi permata, mungkin justru hati kitalah yang perlu dirawat inapkan.
   Sesungguhnya semua nikmat akan mengundang dengki, kecuali nikmat menjadi pribadi yang dendah hati. Dan sesungguhnya seluruh musibah akan mendatangkan iba, kecuali bencana menjadi orang sombong lagi menepuk dada.

You Might Also Like

0 comments: